Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Merdeka Belajar Abad 21

 


Merdeka belajar Abad 21

Merdeka Belajar merupakan filsafat awal pendiri bangsa Indonesia Presiden Soekarno dan pendiri sistem pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menentukan visi SDM Indonesia Seperti apa. Merdeka belajar adalah untuk memastikan bahwa institusi individu, guru, murid memerdekakan institusinya maupun pemikiran mereka terhadap berbagai macam kehidupan nasional.

Dengan demikian, bagaimana mempraktekkan Merdeka Belajar di lingkungan yang minat belajarnya masih kurang? Inilah tantangan bagi seorang pendidik. Membuka pola pikir peserta didik agar lebih bersifat kritis dan kreatif. Membangunkan mereka dari zona nyaman. Mencoba menjadi fasilitator yang mampu menumbuhkan semangat bagi peserta didik. Namun terkadang peran pendidik yang berubah hanya menjadi seorang fasilitator menjadikan miskonsepsi bagi khalayak masyarakat. Padahal seorang pendidik pada abad ke- 21 sangat berat tantangannya. Pendidik harus melek teknologi kekinian, pun harus mampu menjadi model panutan bagi anak didiknya.

Berusaha memahami keunikan dan bakat siswa adalah salah satu usaha seorang pendidik untuk menentukan metode stimulus memerdekakan para siswa didiknya dalam belajar. Tak menjadi tolak ukur nilai raport maupun ranking untuk sebuah kesuksesan masa depan. Seorang pendidik harus berusaha menjadikan anak didiknya seorang individu yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan dan berkompetensi.

𝐏𝐞𝐦𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐚𝐥𝐚 𝐚𝐛𝐚𝐝 𝐤𝐞- 𝟐𝟏 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐝𝐢𝐣𝐚𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐰𝐚𝐝𝐚𝐡 𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐫𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐝𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫. 𝐃𝐢 𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐚𝐩 𝐥𝐢𝐭𝐞𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐬𝐭𝐢𝐦𝐮𝐥𝐮𝐬 𝐩𝐞𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤 𝐚𝐠𝐚𝐫 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐤𝐫𝐢𝐭𝐢𝐬. 𝐊𝐞𝐦𝐮𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐡𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐮𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐂𝐫𝐢𝐭𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐓𝐡𝐢𝐧𝐤𝐢𝐧𝐠, 𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐚𝐦𝐩𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐞𝐜𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐦𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡. 𝐏𝐞𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐝𝐢𝐛𝐢𝐦𝐛𝐢𝐧𝐠 𝐚𝐠𝐚𝐫 𝐦𝐚𝐦𝐩𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐨𝐥𝐚𝐛𝐨𝐫𝐚𝐬𝐢  𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐥𝐢𝐧𝐠𝐤𝐮𝐩 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐚𝐭𝐚𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫. 𝐓𝐚𝐤 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐭𝐢𝐧𝐠 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐡𝐚𝐩 𝐩𝐞𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤 𝐦𝐚𝐦𝐩𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐨𝐦𝐮𝐧𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫 𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐤𝐫𝐞𝐚𝐭𝐢𝐟 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐣𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚𝐧𝐲𝐚. 𝐏𝐞𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐬𝐢𝐩𝐢 𝐢𝐥𝐦𝐮 𝐫𝐨𝐡𝐚𝐧𝐢 𝐚𝐠𝐚𝐫 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐚𝐤𝐰𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐚𝐡𝐚 𝐄𝐬𝐚, 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐥𝐚𝐤 𝐦𝐮𝐥𝐢𝐚. 𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐦𝐩𝐮𝐥𝐤𝐚𝐧, 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝐤𝐨𝐦𝐩𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢-𝐤𝐨𝐦𝐩𝐞𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐚𝐫𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐢 𝐤𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐞𝐩𝐚𝐧.

Abad ke-21 telah memberi arah kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang sangat pesat, dan menuntut dunia pendidikan untuk melakukan perubahan.

Hal ini juga membawa konten abad ke-21 mencakup keterampilan belajar dan berpikir kritis, penguasaan berbagai literasi, terutama literasi TIK dan keterampilan hidup. Dunia pendidikan harus selalu up to date, selalu aktif mengikuti kemajuan yang berkembang. Demikian juga pembelajaran yang dilakukan oleh guru diharapkan dapat mengikuti trend.

Harapannya apa yang disampaikan dapat memberi dampak yang berarti bagi kehidupan siswa.

Guru dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, agar dapat memberi kemanfaatan pada siswanya. Partnership for 21 Century Skills mengidentifikasi keterampilan abad ke-21 meliputi: (1) communication, (2) collaboration, (3) critical thinking and problem solving, dan (4) creativity and innovation. Empat keterampilan abad ke-21 tersebut sering diistilahkan dengan keterampilan 4C’s.

Peserta didik diharapkan memiliki pemahaman dan keterampilan 4C’s, dengan harapan memiliki kesiapan untuk menghadapi dunia yang makin kompleks dan penuh tantangan pada masa depan.

Guru dituntut memiliki keterampilan pembelajaran abad ke-21, agar dapat mentransfer 4Cs yang telah dikuasi kepada para siswa secara tepat dan bermakna.



Tantangan Guru Abad 21

Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad ini, terutama bidang Information and Communication Technology (ICT) yang serba canggih (sophisticated) membuat dunia ini semakin sempit, karena kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut dunia mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dari manapun, komunikasi antar personal dapat dilakukan dengan mudah, murah kapan saja dan di mana saja.

Perubahan-perubahan tersebut semakin terasa, termasuk didalamnya pada dunia pendidikan. Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya. Guru menghadapi klien yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, standard proses pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi, untuk itu dibutuhkan guru yang mampu bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills).

Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :
1. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam budaya dengan kompetensi multi bahasa.
2. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi makna (konsep).
3. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
4. Teaching and technology, mengajar dan teknologi.
5. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai kemampuan.
6. Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
7. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.

Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, guru dituntut mampu untuk membaca setiap tantangan yang ada pada masa kini. guru harus mampu untuk mencari sendiri pemecahan masalah yang timbul dari dampak kemajuan zaman karena tidak semua kemajuan zaman berdampak baik, dampak negatif juga harus diperhitungkan.

Orientasi Guru Abad 21

Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21 tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk Pendidikan, hal ini didasari bahwa Pendidikan merupakan komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang dirancang untuk menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik (education as organized and sustained communication designed to bring about Learning). UNESCO merekomendasikan empat pilar dalam bidang pendidikan, yaitu:

𝐚. 𝐋𝐞𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐭𝐨 𝐤𝐧𝐨𝐰 (𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢)
Learning to know, yaitu proses belajar untuk mengetahui, memahami, dan menghayati cara-cara pemerolehan pengetahuan dan pendidikan yang memberikan kepada peserta didik bekal-bekal ilmu pengetahuan. Proses pembelajaran ini memungkinkan peserta didik mampu mengetahui, memahami, dan menerapkan, serta mencari informasi dan/atau menemukan ilmu pengetahuan.

𝐛. 𝐋𝐞𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐭𝐨 𝐝𝐨 (𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐣𝐚𝐤𝐚𝐧)
Learning to do, yaitu proses belajar melakukan atau mengerjakan sesuatu. Belajar berbuat dan melakukan (Learning by doing) sesuatu secara aktif ini bermakna pendidikan seharusnya memberikan bekal-bekal kemampuan atau keterampilan. Peserta didik dalam proses pembelajarannya mampu menggunakan berbagai konsep, prinsip, atau hukum untuk memecahkan masalah yang konkrit.

𝐜. 𝐋𝐞𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐭𝐨 𝐥𝐢𝐯𝐞 𝐭𝐨𝐠𝐞𝐭𝐡𝐞𝐫 (𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚)
Learning to live together, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan untuk dapat hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk sehingga tercipta kedamaian hidup dan sikap toleransi antar sesama manusia.

𝐝. 𝐋𝐞𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐭𝐨 𝐛𝐞 (𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢/𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢).
Learning to be, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan untuk mengembangkan diri. Proses belajar memungkinkan terciptanya peserta didik yang mandiri, memiliki rasa percaya diri, mampu mengenal dirinya, pemahaman diri, aktualisasi diri atau pengarahan diri, memiliki kemampuan emosional dan intelektual yang konsisten, serta mencapai tingkatan kepribadian yang mantap dan mandiri

Terima kasih sudah berkunjung ke Web GTK BELAJARApabila artikel ini bermanfaat Merdeka Belajar Abad 21 , silahkan Klik LIKE dan SHARE kepada teman-teman yang lain

Posting Komentar untuk "Merdeka Belajar Abad 21"